Sebelumnya saya mau mengucapkan Minal Aidzin wal Faidzin bagi netter se alam dunia.
Pada hari raya tahun 2018 ini terasa istimewa bagi saya. Karena jika Idul Fitri tahun kemarin saya ditemani istri , di tahun ini saya ditemani seorang anak.
Sudah menjadi kebiasaan bahwa di Indonesia tiap kali Lebaran selalu ada tradisi mudik. Ya karena rata2 orang tua dengan anaknya terpisah jarak , karena sang anak biasanya bekerja di kota dan meninggalkan desa orang tuanya.
Begitu juga dengan saya, tiap tahun atau tiap lebaran saya mempunyai tradisi mudik alias silaturahmi dengan orang tua. Sebenarnya bukan orang tua kandung tapi orang tua dari Ibu saya. Karena sebenarnya saya dengan orang tua saya tinggal satu rumah, keluarga istri saya pun relatif dekat (red. Saya Majalengka istri Cirebon) walau beda kabupaten tapi kami hanya terpisahkan oleh 1 kecamatan saja.
Demi bertemu sang nenek akhirnya kami memutuskan mudik menggunakan 2 sepada motor, saya dengan istri dan bayi anak saya dan ibu dengan adik saya. Mengapa sepeda motor? Karena jika menggunakan kendaraan umum macet nya tak terkira, blm kalau bayi rewel, ibunya lapar atau mau ke kamar mandi sekedar ingin buang air dsb. Sebenarnya memakai sepeda motor pun cukup riskan karena takut sang anak sakit tapi dengan keadaan yg memang harus berangkat kami akhirnya berangkat menuju Bandung tempat dimana nenek dan kakek saya berada.
Permasalahannya adalah sang bayi masih berusia 2 bulan, ya usia yg masih sangat kecil, walaupun jarak Majalengka-Bandung tidak terlalu jauh ,tetap saja untuk ukuran bayi 2 bulan itu sangat berbahaya bagi kesehatan nya, karena polusi di jalanan, udara/angin serta panas yg menghampiri tubuhnya.
Dalam perjalanan kami berhenti 2x 1 di Sumedang timur di sebuah pom bensin ,sejauh itu semuanya terlihat baik2 saja Alhamdulillah kami tidak menemui kendala, kami berhenti sekitar 30 menit. Pemberhentian selanjutnya di Sumedang barat di sebuah masjid, bayi sudah mulai rewel mungkin karena cuaca yang sudah berbeda karena cuaca sudah mulai dingin, disitu anakku sangat rewel sekali mungkin kondisi tubuhnya tak menentu ,antara capek ,gerah (karena baju 2 lapis ,jaket + selimut yg menutupinya ) tapi di sisi lain cuaca juga sudah sangat sejuk mungkin untuk ukuran bayi itu termasuk dingin. Akhirnya kami melanjutkan perjalanan dengan kondisi bayi agak rewel. Alhamdulillah setelah dipaksakan berangkat bayi mulai anteng, saking anteng nya kami tidak sadar dan sampai Cibiru kami mulai tersadar, dia diam saja dan mulai ketakutan, istri pun mulai histeris, nafas pun pada saat itu tak terdeteksi ( mungkin karena istri saya yang tidak merasakan karena panik), akhirnya kami memutuskan berhenti mendadak ,setelah berhenti Alhamdulillah bayi saya masih bernyawa ,tapi sulit di bangunkan ,saya berkesimpulan bahwa dia pingsan karena terlalu lama tertutup selimut dan kelelahan . Akhirnya setelah beristirahat dan bayi siuman kami lanjutkan perjalanan karena dari Cibiru ke tempat nenek sudah dekat kami tidak beristirahat terlalu lama.
Alhamdulillah akhirnya kami sampai juga di di tujuan, sesampainya di rumah kakek-nenek anakku terus menangis hingga malam hari ,mungkin karena sedang beradaptasi dengan cuaca dan kelelahan .
Dalam perjalanan pulang kami lebih banyak berhenti untuk mengantisipasi perjalanan sebelumnya, untuk perjalanan pulang tidak terlalu capek karena trek sedikit menurun. Alhamdulillah kami pun tiba dengan selamat .
Semoga bisa jadi pelajaran untuk yang mau mudik pakai sepeda motor plus membawa bayi.
Permasalahannya adalah sang bayi masih berusia 2 bulan, ya usia yg masih sangat kecil, walaupun jarak Majalengka-Bandung tidak terlalu jauh ,tetap saja untuk ukuran bayi 2 bulan itu sangat berbahaya bagi kesehatan nya, karena polusi di jalanan, udara/angin serta panas yg menghampiri tubuhnya.
Dalam perjalanan kami berhenti 2x 1 di Sumedang timur di sebuah pom bensin ,sejauh itu semuanya terlihat baik2 saja Alhamdulillah kami tidak menemui kendala, kami berhenti sekitar 30 menit. Pemberhentian selanjutnya di Sumedang barat di sebuah masjid, bayi sudah mulai rewel mungkin karena cuaca yang sudah berbeda karena cuaca sudah mulai dingin, disitu anakku sangat rewel sekali mungkin kondisi tubuhnya tak menentu ,antara capek ,gerah (karena baju 2 lapis ,jaket + selimut yg menutupinya ) tapi di sisi lain cuaca juga sudah sangat sejuk mungkin untuk ukuran bayi itu termasuk dingin. Akhirnya kami melanjutkan perjalanan dengan kondisi bayi agak rewel. Alhamdulillah setelah dipaksakan berangkat bayi mulai anteng, saking anteng nya kami tidak sadar dan sampai Cibiru kami mulai tersadar, dia diam saja dan mulai ketakutan, istri pun mulai histeris, nafas pun pada saat itu tak terdeteksi ( mungkin karena istri saya yang tidak merasakan karena panik), akhirnya kami memutuskan berhenti mendadak ,setelah berhenti Alhamdulillah bayi saya masih bernyawa ,tapi sulit di bangunkan ,saya berkesimpulan bahwa dia pingsan karena terlalu lama tertutup selimut dan kelelahan . Akhirnya setelah beristirahat dan bayi siuman kami lanjutkan perjalanan karena dari Cibiru ke tempat nenek sudah dekat kami tidak beristirahat terlalu lama.
Alhamdulillah akhirnya kami sampai juga di di tujuan, sesampainya di rumah kakek-nenek anakku terus menangis hingga malam hari ,mungkin karena sedang beradaptasi dengan cuaca dan kelelahan .
Dalam perjalanan pulang kami lebih banyak berhenti untuk mengantisipasi perjalanan sebelumnya, untuk perjalanan pulang tidak terlalu capek karena trek sedikit menurun. Alhamdulillah kami pun tiba dengan selamat .
Semoga bisa jadi pelajaran untuk yang mau mudik pakai sepeda motor plus membawa bayi.